Shalat Dhuha: Tata Cara, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap]
Nahwu - Tahukah kamu siapakah orang yang akan memperoleh sebuah istana di surga? Jawabannya adalah orang yang konsisten melakukan shalat dhuha. Bagi mereka akan disediakan pintu masuk khusus yang diberi nama pintu dhuha. Sebagaimana wasiat Nabi Muhammad kepada Sayyidina Ali berikut:
"Wahai Ali! Dirikanlah shalat dhuha, baik dalam keadaan bepergian maupun mukim. Sesungguhnya ketika hari kiamat tiba, ada suara yang memanggil dari atas surga,"Dimanakah orang-orang yang telah mengerjakan shalat dhuha?" Masuklah dari pintu Dhuha dengan rasa aman dan sentosa".
Coba bayangkan jika di akhirat kelak Anda diberikan pintu masuk khusus dan bahkan diberikan sebuah istana megah di surga, pasti keren banget kan? Iya pastinya. Kalau begitu, tentu Anda tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja bukan? Kalau iya, mulai sekarang kerjakanlah shalat dhuha, karena dengan mengerjakannya, in syaa Allah cita-cita mendapatkan istana di surga akan terwujud dengan rahmat Allah.
Nah, masalahnya masih banyak nih yang belum tau tata cara shalat dhuha, kapan waktu shalat dhuha, dan doa apa yang dibaca setelah shalat dhuha. Jangan khawatir, Di dalam artikel ini kami akan menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan shalat dhuha secara lengkap.
Artinya:
“Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu. Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu. Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.
Tuhanku, dengan-Mu aku bergerak. Dengan-Mu aku berusaha. Dengan-Mu, aku berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmat-Mu kepadaku. Anugerahkanlah tobat-Mu untukku. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang.”
Doa yang terdapat pada paragraf terakhir dianjurkan untuk membacanya sebanyak 40 atau 100 kali. Keterangan mengenai doa shalat dhuha ini bisa dilihat di kitab I'anathu At-Thalibin, Darul Fikr, Beirut, Juz I, halaman 225.
“Kerjakanlah shalat shubuh kemudian tinggalkanlah shalat hingga matahari terbit, sampai matahari naik. Ketika matahari terbit, ia terbit diantara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud.” (HR. Muslim no. 832).
Suatu ketika shahabat Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melakukan shalat dhuha, kemudian ia berkata: “Mungkin mereka tidak tahu jika selain waktu yang mereka kerjakan sekarang ini ada yang lebih utama. Rasulullah SAW bersabda:
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Waktu paling baik mengerjakan shalat awwabin (shalat dhuha) adalah ketika seekor anak unta merasakan panasnya terik matahari.”(HR. Muslim no. 748)
Imam Nawawi berkata: “Inilah waktu yang utama untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha. Pun para ulama’ Syafi’iyah yang lain juga berkata demikian, meskipun mereka memperbolehkan untuk mengerjakannya setelah terbit matahari sampai menjelang tergelincirnya matahari (zawal)”. (Syarh Shahih Muslim, 6: 28)
Landasan hukum yang digunakan oleh ketiga Imam ini adalah dari Umu Hani’ radhiyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam saat fathu Makkah memasuki rumah Umu Hani’, lalu mengerjakan shalat sebanyak delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
Pendapat ini berdasarkan dalil dari hadis Anas radhiallahu’anhu:
مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ
Artinya:
“Barangsiapa yang shalat sunnah dhuha 12 rakaat, Allah bangunkan untuknya istana di surga.”
Namun hadits ini termasuk dalam hadis dhaif yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibn Majah, dan Imam Al-Mundziri dalam kitab Targhib wat Tarhib. Imam At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini adalah hadits asing (gharib), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.” Hadits ini didhaifkan oleh Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya At-Talkhis Al-Khabir (2: 20).
Menurut pendapat ini, tidak ada batasan jumlah rakaat dalam shalat sunnah dhuha. Pendapat ini disebutkan oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi.
Beliau menyebutkan perkataan Al-Hafidz Al-‘Iraqi dalam syarh Sunan At-Tirmidzi:”Saya tidak mengetahui ada seorang pun dari golongan shahabat ataupun Tabi’in yang memberi batasan tertentu dalam shalat dhuha dengan batasan 12 rakaat. Begitu juga dalam Madzhab Syafi’i tidak ada yang membatasi jumlah rakaat dalam salat dhuha. Yang ada adalah pendapat yang dikatakan oleh Ar-Ruyani yang diikuti oleh Imam Rafi’i dan Ulama’ yang menuqil pendapatnya.”
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan : “Kekasihku Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku tentang 3 hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga meninggal: Puasa 3 hari dalam sebulan (Ayamul Bidh), dua rakaat shalat sunnah Dhuha, dan hanya tidur jika telah mengerjakan shalat Witir.” (Muttafaqun ‘Alaih. Al-Bukhari no. 1981. Muslim no. 721).
Allah berfirman :
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya“. (HR.Hakim dan Thabrani).
Selain dimudahkannya pintu rizki sebenarnya masih ada lagi keutamaan sholat dhuha yang sangat luar biasa. Diantaranya adalah akan dicukupi urusannya di akhir siang, shalat sunnah dhuha termasuk dalam sholat awwabin.
Berikut adalah beberapa keutamaan sholat dhuha berdasarkan hadits Nabi SAW :
Padahal, persendian yang terdapat pada seluruh tubuh adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits serta dibuktikan dalam dunia medis, yaitu 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya, setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 1007).
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah kamu tinggalkan empat rakaat sholat di awal siang (waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang. (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Anas bin Malik ra:
“Barangsiapa melaksanakan shalat shubuh berjama’ah kemudian ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga terbit matahari, lalu ia mengerjakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahalanya haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna. (HR. Tirmidzi no. 586)
“Tidaklah seseorang menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan ia adalah awwab (orang yang kembali taat). Sholat dhuha ini adalah shalat awwabin. (HR. Ibnu Khuzaimah). [Keutamaan Sholat Dhuha via elizato.com]
"Wahai Ali! Dirikanlah shalat dhuha, baik dalam keadaan bepergian maupun mukim. Sesungguhnya ketika hari kiamat tiba, ada suara yang memanggil dari atas surga,"Dimanakah orang-orang yang telah mengerjakan shalat dhuha?" Masuklah dari pintu Dhuha dengan rasa aman dan sentosa".
Coba bayangkan jika di akhirat kelak Anda diberikan pintu masuk khusus dan bahkan diberikan sebuah istana megah di surga, pasti keren banget kan? Iya pastinya. Kalau begitu, tentu Anda tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja bukan? Kalau iya, mulai sekarang kerjakanlah shalat dhuha, karena dengan mengerjakannya, in syaa Allah cita-cita mendapatkan istana di surga akan terwujud dengan rahmat Allah.
Nah, masalahnya masih banyak nih yang belum tau tata cara shalat dhuha, kapan waktu shalat dhuha, dan doa apa yang dibaca setelah shalat dhuha. Jangan khawatir, Di dalam artikel ini kami akan menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan shalat dhuha secara lengkap.
Tata cara shalat dhuha
- Membaca niat dalam hati disertai dengan Takbiratu al-Ihram:
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلّهِ تَعَالَى
(Ushalli sunnata adh-Dhuha rak'ataini mustaqbila al-Qiblati adaa-an lillaahi Ta'ala)
Artinya: Aku berniat shalat sunnah dhuha dua raka'at menghadap kiblat karena Allah Ta'ala. - Membaca doa iftitah seperti pada shalat fardhu
- Membaca surat al-Fatihah
- Membaca salah satu surat al-Quran. Namun membaca surat asy-Syams pada rakaat pertama dan surat al-Lail pada rakaat kedua lebih afdhal. Sementara Ibnu hajar al-Atsqalani menganjurkan untuk membaca surat al-kafiruun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua.
- I'tidal dan membaca doa-nya
- Sujud yang pertama dan membaca tasbih sebanyak tiga kali
- Duduk antara dua sujud dan membaca doa-nya
- Sujud yang kedua dan membaca tasbih sebanyak tiga kali
- Bangkit dari sujud, dan berdiri (untuk mengerjakan rakaat kedua), lalu kerjakan langkah ke-3 sampai dengan langkah ke-8 secara berurutan.
- Duduk tasyahud akhir, lalu membaca tasyahud akhir, dan shalawat kepada Nabi. Sesudah itu membaca salam dua kali (dimulai dari kanan, lalu ke kiri).
Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha
Sesudah melakukan shalat dhuha, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa. Namun untuk shalat Dhuha, para ulama mengajarkan doa khusus untuk dibacakan setelah sholat Dhuha. Berikut ini doanya:Artinya:
“Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu. Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu. Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.
Tuhanku, dengan-Mu aku bergerak. Dengan-Mu aku berusaha. Dengan-Mu, aku berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmat-Mu kepadaku. Anugerahkanlah tobat-Mu untukku. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang.”
Doa yang terdapat pada paragraf terakhir dianjurkan untuk membacanya sebanyak 40 atau 100 kali. Keterangan mengenai doa shalat dhuha ini bisa dilihat di kitab I'anathu At-Thalibin, Darul Fikr, Beirut, Juz I, halaman 225.
Waktu Sholat Dhuha
Shalat dhuha bisa dikerjakan mulai dari naiknya matahari setinggi tombak sampai mendekati tergelincirnya ke arah barat. Namun dalam waktu pelaksanaannya, shalat dhuha dibagi menjadi dua bagian yang pada kedua waktu tersebut sama-sama baik jika dikerjakan.1. Awal Waktu
Awal waktu shalat dhuha dimulai sekitar 15 menit setelah terbitnya matahari. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin ‘Abasah berikut ini:“Kerjakanlah shalat shubuh kemudian tinggalkanlah shalat hingga matahari terbit, sampai matahari naik. Ketika matahari terbit, ia terbit diantara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud.” (HR. Muslim no. 832).
2. Akhir Waktu yang Mendekati Waktu Zawal
Akhir waktu shalat sekitar 5 – 10 menit sebelum tergelincirnya matahari ke arah barat, yaitu mendekati waktu zawal. Namu waktu yang terbaik untuk mengerjakan shalat dhuha adalah di waktu yang akhir, dimana suhu semakin panas.Suatu ketika shahabat Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melakukan shalat dhuha, kemudian ia berkata: “Mungkin mereka tidak tahu jika selain waktu yang mereka kerjakan sekarang ini ada yang lebih utama. Rasulullah SAW bersabda:
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Waktu paling baik mengerjakan shalat awwabin (shalat dhuha) adalah ketika seekor anak unta merasakan panasnya terik matahari.”(HR. Muslim no. 748)
Imam Nawawi berkata: “Inilah waktu yang utama untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha. Pun para ulama’ Syafi’iyah yang lain juga berkata demikian, meskipun mereka memperbolehkan untuk mengerjakannya setelah terbit matahari sampai menjelang tergelincirnya matahari (zawal)”. (Syarh Shahih Muslim, 6: 28)
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha
Jumlah rakaat shalat dhuha paling sedikit dua rakaat, hal ini telah disepakati oleh para Ulama berdasarkan hadits nabi dan tidak ada perselisihan di dalamanya. Namun, mereka berbeda pendapat dalam menentukan batas rakaat shalat sunnah dhuha. Dalam penentuan batasan rakaat shalat dhuha ini, terdapat tiga perbedaan pendapat:1. Pendapat Pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa batas maksimal rakaat shalat sunnah dhuha adalah 8 rakaat. Ini merupakan pendapat Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali.Landasan hukum yang digunakan oleh ketiga Imam ini adalah dari Umu Hani’ radhiyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam saat fathu Makkah memasuki rumah Umu Hani’, lalu mengerjakan shalat sebanyak delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
2. Pendapat Kedua
Batas maksimal rakaat shalat dhuha menurut pendapat kedua adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi yang disebutkan dalam salah satu riwayatnya, dan hal ini juga terdapat dalam pendapat lemah Madzhab Syafi’i.Pendapat ini berdasarkan dalil dari hadis Anas radhiallahu’anhu:
مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ
Artinya:
“Barangsiapa yang shalat sunnah dhuha 12 rakaat, Allah bangunkan untuknya istana di surga.”
Namun hadits ini termasuk dalam hadis dhaif yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibn Majah, dan Imam Al-Mundziri dalam kitab Targhib wat Tarhib. Imam At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini adalah hadits asing (gharib), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.” Hadits ini didhaifkan oleh Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya At-Talkhis Al-Khabir (2: 20).
3. Pendapat Ketiga
Menurut pendapat ini, tidak ada batasan jumlah rakaat dalam shalat sunnah dhuha. Pendapat ini disebutkan oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi.Beliau menyebutkan perkataan Al-Hafidz Al-‘Iraqi dalam syarh Sunan At-Tirmidzi:”Saya tidak mengetahui ada seorang pun dari golongan shahabat ataupun Tabi’in yang memberi batasan tertentu dalam shalat dhuha dengan batasan 12 rakaat. Begitu juga dalam Madzhab Syafi’i tidak ada yang membatasi jumlah rakaat dalam salat dhuha. Yang ada adalah pendapat yang dikatakan oleh Ar-Ruyani yang diikuti oleh Imam Rafi’i dan Ulama’ yang menuqil pendapatnya.”
Hukum Shalat Dhuha
Hukum Sholat Dhuha adalah sunnah muakkad, sebab Nabi Muhammad sendiri melakukannya dan menjadikannya sebagai suatu wasiat.Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan : “Kekasihku Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku tentang 3 hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga meninggal: Puasa 3 hari dalam sebulan (Ayamul Bidh), dua rakaat shalat sunnah Dhuha, dan hanya tidur jika telah mengerjakan shalat Witir.” (Muttafaqun ‘Alaih. Al-Bukhari no. 1981. Muslim no. 721).
Keutamaan Sholat Dhuha
Keutamaan sholat dhuha banyak sekali disebutkan dalam beberapa hadits ataupun kitab-kitab para ulama. Namun yang paling populer di kalangan masyarakat salah satu keutamaan salat dhuha adalah dimudahkannya rizki. Berdasarkan hadits Nabi :Allah berfirman :
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya“. (HR.Hakim dan Thabrani).
Selain dimudahkannya pintu rizki sebenarnya masih ada lagi keutamaan sholat dhuha yang sangat luar biasa. Diantaranya adalah akan dicukupi urusannya di akhir siang, shalat sunnah dhuha termasuk dalam sholat awwabin.
Berikut adalah beberapa keutamaan sholat dhuha berdasarkan hadits Nabi SAW :
1. Sebagai Ganti Sedekah Persendian
Pada pagi hari, diwajibkan atas seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf dan nahi munkar adalah sedekah. Dan semua ini bisa dicukupi dengan dua raka’at shalat dhuha. (HR. Muslim no. 720).Padahal, persendian yang terdapat pada seluruh tubuh adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits serta dibuktikan dalam dunia medis, yaitu 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya, setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 1007).
2. Dicukupi Urusannya di Akhir Siang
Seseorang yang melanggengkan empat rakaat dhuha akan diberi kecukupan di akhir siangnya. Sebagaimana sabda Nabi:Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah kamu tinggalkan empat rakaat sholat di awal siang (waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang. (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3. Seperti Mendapat Pahala Haji & Umroh
Keutamaan shalat dhuha yang sebelumnya telah didahului shalat shubuh berjamaah dan dzikir hingga terbit matahari adalah seperti mendapat pahalanya haji dan umroh.Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Anas bin Malik ra:
“Barangsiapa melaksanakan shalat shubuh berjama’ah kemudian ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga terbit matahari, lalu ia mengerjakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahalanya haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna. (HR. Tirmidzi no. 586)
4. Termasuk Shalat Awwabin
Diantara keistimewaan shalat dhuha yang lain adalah termasuk dalam shalat awwabin, yaitu sholatnya orang yang kembali taat. Abu Hurairah ra meriwayatkan hadits dari Nabi SAW :“Tidaklah seseorang menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan ia adalah awwab (orang yang kembali taat). Sholat dhuha ini adalah shalat awwabin. (HR. Ibnu Khuzaimah). [Keutamaan Sholat Dhuha via elizato.com]
loading...
0 Response to "Shalat Dhuha: Tata Cara, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap]"
Post a Comment