-->

Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Isim maushul ialah isim yang membutuhkan shilah (penghubung) dan ‘aa-id (yaitu dhamir yang zhahir atau mustatir yang kembali kepadanya).

Contoh ‘aa-id adalah sebagai berikut:

جَاءَ الَّذِيْ نَصَرَ أَحْمَدَ = Telah datang orang yang menolong

Pada lafazh نَصَرَ tersimpan dhamir هُوَ yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْ.

جَاءَ الَّذِيْنَ نَصَرُوْا أَحْمَدَ = Telah datang orang-orang yang menolong
Pada lafazh نَصَرُوْا  tersimpan dhamir هُمْ yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْنَ.

Macam-macam Isim Maushul

Isim maushul itu ada dua bagian, yaitu bagian nash (tertentu) dan musytarik (bersekutu dengan lafazh lainnya).

Isim Maushul yang Nash

Yang termasuk nash ada delapan macam, yaitu: الَّذِيْ untuk mufrad mudzakkarالَّتِيْ untuk mufrad muannatsاللَّذَانِ untuk mutsanna mudzakkar bila dalam keadaan rafa’, dan اللَّذَيْنِ bila dalam keadaan nashab dan jarاللَّتَانِ untuk mutsanna muannats bila dalam keadaan rafa’, dan اللَّتَيْنِ bila dalam keadaan nashab dan jarالَّذِيْنَ dan اْلأُلَى dengan memakai huruf ya secara mutlak (sama saja apakah dalam keadaaan rafa’, nashab, dan jar). Untuk jamak mudzakkar terkadang ada yang mengatakan اللَّذُوْنَ dengan memakai huruf waw bila dalam keadaan rafa’. Sedangkan lafazh اللاَّئِي dan اللاَّتِيْ dapat juga dikatakan اللَّوَاتِ untuk jamak muannats, namun huruf ya-nya terkadang dihilangkan sehingga bunyinya menjadi اللَّاتِ dan اللَّاءِ .

Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:

اْلحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ = “segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-janji-Nya kepada kami”. (Az-Zumar: 74).
Pada lafazh صَدَقَنَا tersimpan dhamir هُوَ yang kembali kepada الَّذِيْ.

قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا = “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya”. (Al-Mujadilah: 1).
Pada lafazh تُجَادِلُكَ terdapat dhamir هِيَ yang kembali kepada الَّتِيْ.

وَالَّذَانِ يَاْتِيَانِهَا مِنْكُمْ = “Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kalian”. (An-Nisa: 16).
Pada lafazh يَاْتِيَا terdapat dhamir هُمَا yang kembali pada الَّذَانِ.

رَبَّنَا اَرِنَا الَّذَيْنِ اَضَلَّانَا = “Ya Rabb, perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami”. (Fushilah: 29).
Lafazh اَضَلَّانَا terdapat dhamir هُمَا yang kembali pada الَّذَيْنِ.

وَالَّذِيْنَ جاءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ = “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar)”. (Al-Hasyr: 10).
Pada lafazh جاءُوْا terdapat dhamir هُمْ yang kembali pada الَّذِيْنَ.

وَاللَّائِيْ يَئِسْنَ مِنَ اْلمَحِيْضِ = “dan perempuan-perempuan yang putus asa dari haid”. (Ath-Thalaq: 4).
Pada lafazh يَئِسْنَ tersimpan dhamir هُنَّ yang kembali pada اللَّائِيْ.

وَاللّاَتِيْ يَأْتِيْنَ الْفَاحِشَةِ = “dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji”. (An-Nisa: 15).
Pada lafazh يَأْتِيْنَ terdapat dhamir هُنَّ yang merujuk pada اللّاَتِيْ.

Isim Maushul yang Musytarik

Isim maushul yang musytarik terbagi 6, yaitu مَنْ، مَا، أَيُّ، أَلْ، ذُوْ،  dan ذَا . Keenam lafazh ini secara mutlak termasuk bentuk mufrad, mutsanna, jamak yang mudzakkar, dan muannats.

Cara penggunaannya:

Lafazh مَنْ digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal, sedangkan lafazh مَا digunakan untuk makna yang tidak berakal (misalnya benda atau hewan.

Berikut contoh مَنْ:

يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَكَ  = Aku kagum terhadap orang (laki-laki) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَتْكَ = Aku kagum terhadap orang (wanita) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَاكَ = Aku kagum terhadap dua orang (laki-laki) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَتَاكَ = Aku kagum terhadap dua orang (wanita yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاؤُوْاكَ = Aku kagum terhadap orang-orang (para laki-laki) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جِئْنَكَ = Aku kagum terhadap orang-orang (para wanita) yang datang kepadamu.

Kita dapat mengatakan untuk lafazh مَا sebagai jawaban bagi orang yang bertanya:

اِشْتَرَيْتَ حِمَارًا
اِشْتَرَيْتَ أَتَانًا
اِشْتَرَيْتَ حِمَارَيْنِ
اِشْتَرَيْتَ أَتَانَيْنِ
اِشْتَرَيْتَ حُمُرًا
اِشْتَرَيْتَ أُتُنًا

Jawabannya ialah sebagai berikut:

يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُ  = Aku kagum terhadap seekor keledai jantan yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهَا  = Aku kagum terhadap seekor keledai betina yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُمَا  = Aku kagum terhadap dua ekor keledai jantan atau keledai betina yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُمْ  = Aku kagum terhadap keledai-keledai jantan yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُنَّ  = Aku kagum terhadap keledai-keledai betina yang kau beli.

Terkadang yang demikian itu dipergunakan kebalikannya, yaitu lafazh مَنْ digunakan untuk menunjukkan makna yang tidak berakal, seperti firman Allah berikut:

فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلَى بَطْنِهِ
“Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya”. (an-Nuur: 45).

Sedangkan lafazh مَا digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal, seperti firman Allah berikut:

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Apa yang menghalangi kamu sujud kepada sesuatu yang telah Ku-ciptakan dengan yad-Ku”. (Shad: 75).

Sedangkan sisanya yaitu: أَيُّ، أَلْ، ذُوْ،  dan ذَا digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal dan yang tidak berakal. Kita dapat mengatkan untuk lafazh أَيُّ dengan perkataan berikut:

يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَ  = Aku kagum kepada orang (laki-laki) yang berdiri
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَتْ  = Aku kagum kepada orang (perempuan) yang berdiri
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَا  = Aku kagum kepada dua orang (laki-laki) yang berdiri
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَتَا  = Aku kagum kepada dua orang (perempuan) yang berdiri
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامُوْا  = Aku kagum kepada orang-orang (para laki-laki) yang berdiri
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قُمْنَ  = Aku kagum kepada orang-orang (para perempuan) yang berdiri

Lafazh أَيٌّ boleh dipakai untuk makhluk yang berakal ataupun hewan.

Keterangan:

Pada lafazh قَامَ، قَامَتْ، قَامَا، قَامَتَا، قَامُوْا، قُمْنَ  tersimpan dhamir mustatir yang kembali (merujuk) ke isim maushul ((أّيٌّ)).

Isim Maushul dengan memakai Lafazh Al ((أَلْ))

Lafazh Al sesungguhnya menjadi isim maushul apabila masuk kepada isim fa’il atau isim maf’ul, seperti lafazh الضَّارِبُ dan اْلمَضْرُوْبَ , maksudnya: الَّذِيْ ضَرَبَ (orang yang memukul) atau الَّذِيْ ضُرِبَ (orang yang dipukul), seperti dalam contoh firman Allah ta’ala berikut:

إنَّ اْلمُصَدِّقِيْنَ وَاْلمُصَدِّقَاتِ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasulnya), baik laki-laki maupun perempuan”. (al-Hadid: 18).

وَالسَّقْفِ اْلمَرْفُوْعِ
“Dan atap yang ditinggalkan (langit)”. (ath-Thur: 5).

وَاْلبَحْرِ اْلمَسْجُوْرِ
“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api”. (ath-Thur: 6).

Isim Maushul dengan Memakai Lafazh Dzu ((ذُوْ))

Lafazh ذُوْ khusus dengan memakai dialek orang-orang Thayyi, Kita dapat mengatakan:

جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَ  = Telah datang kepadaku orang (laki-laki) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَتْ  = Telah datang kepadaku orang (perempuan) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَا  = Telah datang kepadaku dua orang (laki-laki) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَتَا  = Telah datang kepadaku dua orang (perempuan) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامُوا  = Telah datang kepadaku orang-orang (para laki-laki) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قُمْنَ  = Telah datang kepadaku orang-orang (para perempuan) yang berdiri itu.

Isim Maushul dengan Memakai Dza (ذَا)

Syarat menjadikan lafazh ذُوْ sebagai maushul adalah

  1. Hendaknya didahului oleh ma istifham (pertanyaan) seperti:
    مَاذَا يُنْفِقُوْنَ؟  = Apa yang mereka nafkahkan?

    مَنْ ذَا جَاءَكَ؟  = Siapa yang datang kepadamu?
  2. Hendaknya lafazh ذَا tidak dimulghakan (tidak disia-siakan), yaitu diperkirakan keberadaan susunannya beserta lafazh مَا, seperti: مَاذَ صَنَعْتَ = Apa yang Anda lakukan?

Yang demikian itu, apabila kita memperkirakan lafazh مَاذَ sebagai satu isim yang tersusun.

Isim Maushul Membutuhkan Shilah dan 'Aaid


Shilah adalah bentuk jumlah (kalimat) atau serupa dengan jumlah yang berada sesudah maushul. Sedangkan ‘aaid adalah dhamir yang kembali dari shilah ke maushul-nya.

Semua isim maushul membutuhkan kepada shilah atau penghubung yang berada dibelakang isim maushul dan maushul juga butuh kepada ‘aaid.


Bentuk Shilah Maushul

Shilah itu adakalanya berbentuk jumlah atau syibhul jumlah (serupa dengan jumlah). Shilah yang berbentuk jumlah ialah ucapan yang tersusun dari fi’il dan fa’il, ini disebut jumlah fi’liyah, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ قَامَ أَبُوْهُ : Telah datang orang yang ayahnya berdiri

Dan firman Allah:
اْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ = Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami (Az-Zumar:74)

Atau tersusun dari mubtada dan khabar, ini disebut jumlah ismiyyah, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ = Telah datang orang yang ayahnya sedang berdiri.

Dan firman Allah ta’ala:
الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ = Yang mereka perselisihkan tentang hal ini. (An-Naba:3).
Penjelasan:
Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada kalimat جَاءَ الَّذِي قَامَ أبُوْهُ adalah isim maushul, sedangkan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah fi’liyyah yaitu lafazh  قَامَ أبُوْهُ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang bersambung dengan lafazh أبُو merupakan ‘aaid-nya.
Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada firman Allah ta’ala اْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ adalah isim maushul, dan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah fi’liyah yaitu lafazh صَدَقَنَا وَعْدَهُ ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang terdapat pada lafazh وَعْدَهُ merupakan ‘aaid-nya.

Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada kalimat جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ adalah isim maushul, dan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah ismiyyah, yaitu lafazh أًبُوْهُ قَائِمٌ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang terdapat pada lafazh أًبُوْهُ merupakan ‘aaid-nya.

Shilah Maushul dengan Bentuk Syibhul Jumlah (Serupa dengan Jumlah)

Shilah maushul dengan bentuk syibhul jumlah ada tiga macam.

Yang pertama adalah zharaf, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ عِنْدَكَ = Telah datang orang yan ada disisimu

Dan firman Allah ta’ala:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ = Apa yang di sisi kalian akan lenyap. (An-Nahl:96)

Yang kedua adalah jar dan majrur, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ فِي الدَّارِ = Telah datang orang yang di dalam rumah itu.

Dan firman Allah ta’ala:
وَاَلْقَتْ مَا فِيهَا = Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya. (Al-Insyiqaq:4)

Keterangan:

Shilah dengan bentuk jar majrur disebut dengan syibhul jumlah, sebab kedua-duanya membutuhkan muta’allaq yang wajib disimpan, yaitu lafazh اِسْتَقَرَّ bukan مُسْتَقِرٌّ , sebab lafazh مُسْتَقِرٌّ merupakan kalimat mufrad. Perhatikan keterangan berikut:
Jika Zharaf dan jar majrur berkedudukan sebagai shilah, maka yang muta’allaq dengan fi’il yang dibuang secara wajib taqdirnya adalah اِسْتَقَرَّ (tetap).
Shilah maushul yang ketiga dari syibhul jumlah ialah sifat sharihah.
Makna yang dimaksud ialah isim fa’il dan isim maf’ul, dan dikhususkan sifat sharihah tersebut dengan memakai alif dan lam. Contohnya: النَّاصِرُ، اْلمَنْصُوْرُ، اْلفَاتٍحُ، اْلمَفْتُوْحُ.

Sedangkan ‘aaid dari kedua isim tersebut ialah dhamir yang sesuai dengan maushul-nya dalam bentuk mufrad-nya, tatsniyyah-nya, jamak-nya, tadzkir-nya, dan ta’nits-nya. Sebagaimana yang  telah dikemukakan dalam contoh-contoh di atas. Misalnya:  جَاءَ الَّذِيْ قَامَ أَبُوْهُ dan جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ.

Terkadang ‘aaid maushul itu dibuang (tidak disebutkan), seperti dalam firman Allah berikut:
لَنَنْزِ عَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ اَيُّهُمْ اَشَدُّ = Kemudian pasti akan kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa diantara mereka yang sangat durhaka. (Maryam:69).

Taqdirnya adalah الَّذِيْ هُوَ أَشَدُّ.

يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَ = Allah mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian perlihatkan. (An-Nahl:19).

Taqdirnya adalah: الَّذِيْ تُسِرُّوْنَهُ والَّذِيْ تُعْلِنُوْنَهُ

وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ = Dan meminum dari apa yang kalian minum (Al-Mu’minun:33).

Taqdirnya adalah: الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ مِنْهُ.

Terimakasih telah membaca artikel tentang Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab. Semoga bermanfaat!
loading...

10 Responses to "Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab"

  1. tulisan ini sangat membantu saya dalam mempelajari bahasa arab, dan membantu tugas saya, bagaimana cara agar saya bisa mendapatkan referensi dari tulisan ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkunjung!. Referensi dari artikel ini, akan kami kirim ke saudari melalui email. :)

      Delete
    2. KET MAUSUL AYYUN,AL,DZA,MENGAMBIL DARI KITAB APA..?

      Delete
  2. untuk yang mausul "ayyun,dza,dan al"diambil dari kitab ap....?

    ReplyDelete
  3. Saya mau tanya,
    Apakah perubahan Jumlah fi'liyah(JF) jadi Jumlah Ismiyah (JI) berikut ini sudah benar?
    JF: Dharabtu MuhammadAN
    JI: MuhammadUN dharabtu-HU

    JF: Dharaba MuhammdAN ZaidUN
    JI: MuhammadUN dharaba-HU ZaidUN

    ReplyDelete
  4. الحمدﷲ شكرا كثيرا

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah jzkllh khoir, saudaraq yg kuhormati sy sdg belajar kitab kawakib tp yg kitab kuning, saudaraq punya ngak yg terjemahan? Baik yg berbentuk file maupun yg buku, klw ada saya minta tolong x untuk mempermudah sy belajar dan memahami kitab kuning n bhs arab, berapapun harganya n ongkirnya Insyaallah akan saya bayar. Ni no wa saya 085836484255

    ReplyDelete
  6. Semoga kita terus istiqomah dalam mencintaiBahasa Arabkarena merupakan Bahasa AlQuran.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel