Penjelasan Tentang Maf'ul Bih
Maf'ul Bih
Maf'ul bih ialah isim yang menjadi sasaran perbuatan (objek), seperti dalam contoh berikut:ضَرَبْتُ زَيْدًا = Aku telah memukul Zaid
رَكِبْتُ اْلفَرَسَ = Aku telah menunggang kuda
وَاتَّقُوْا اللهَ = Dan bertaqwalah kepada Allah
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلَاةَ = Dan (mereka) yang mendirikan shalat (al-Baqarah: 3).

Maf'ul bih terbagi atas dua bagian, yaitu zhahir dan mudhmar. Maf'ul bih yang dhahir contohnya sebagaimana yang telah dituliskan di atas.
Sedangkan maf'ul bih yang mudhmar ada dua bagian, yaitu dhamir muttashil, seperti lafazh:
أَكْرَمَنِيْ dan saudara-saudaranya (yaitu: أَكْرَمَنِيْ، أًكْرَمَنَا، أَكْرَمَكَ، أَكْرَمَكُمَا، أكْرَمَكُمْ dan seterusnya), dan dhamir munfashil, seperti lafazh إِيَّايَ dan saudara-saudaranya. Hal
اِيَاهُ، اِيَّاهُمَا، اِيَّاهُمْ، اِيَّاهاَ، اِيَّاهُمَا، اِيَّاهُنَّ
اِيّاكَ، اِيَّاكُمَا، اِيَّاكُمْ، اِيَّاكِ، اِيَّاكُمَا، اِيَّاكُنَّ
اِيَّايَ، اِيَّانَا
Pada dasarnya maf'ul bih itu hendaknya terletak setelah fa'il, seperti yang terdapat dalam firman Allah ta'ala berikut:
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ
Dan Sulaiman
Maf'ul Muqaddam (Maf'ul yang Didahulukan)
Terkadang ada juga maf'ul yang mendahului fi'il secara boleh (jawaz), seperti contoh berikut:
ضَرَبَ سَعْدَى مُوْسَى = Musa telah memukul Sa'da
Adakalanya secara wajib, contohnya:
زَانَ الشَّجَرَ نَوْرُهُ = Bunga itu telah menghiasi pohonnya.
Keterangan :
Lafazh الشَّجَرَ berkedudukan sebagai maf'ul yang wajib di dahulukan dari fa'il. Fa'ilnya adalah lafazh نَوْرُهُ, padanya terdapat dhamir yang merujuk kepada maf'ul, yaitu huruf hu.
Terkadang fa'il itu mendahului fi'il dan fa'il, dan di antaranya ialah amilnya disimpan (tidak disebutkan) secara jawwaz (boleh), seperti lafazh قَالُوا خَيْرًا dalam firman Allah berikut:
وَقِيْلَ لِلَّذِيْنَ اتَّقُوْا مَاذا اَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوْا خَيْرًا
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "kebaikan".Dan adakalanya didahulukan secara wajib pada beberapa tempat. Diantaranya adalah bab isytighal. Hakikat isytighal ialah hendaknya isim didahulukan dan fi'il di akhirkan letaknya, atau sifat yang disibukkan oleh pengamalan pada dhamir isim tersebut, atau pada dhamir isim yang berkaitan dengan pengamalan pada isim tadi.
زَيْدًا اِضْرِبْهُ = Zaid, pukullah dia olehmu!
زَيْدًا اَنَا ضَارِبُهُ اْلأَنَ أوْ غَدًا = Zaid, akulah yang memukulnya sekarang atau besok
زَيْدًا ضَرَبْتُ غُلَامَهُ = Zaid telah kupukul pelayannya.
وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنَاهُ طَائِرُهُ فِي عُنُقِهِ
Dan tiap-tiap manusia telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaiaman tetapnya kalung) pada lehernya (al-Isra' 13)
Isim pada semua contoh tersebut di atas dinashabkan dengan amil yang di buang (tidak disebutkan) secara wajib yang dijelaskan oleh amil yang berada sesudahnya. Bentuk lengkap dari keempat contoh di atas adalah sebagai berikut:Keterangan :Pada contoh pertama menunjukkan bahwa isim didahulukan dan fi'il diakhirkan letaknya, sedangkan pada contoh kedua menunjukkan sifat yang disibukkan oleh pengamalan, dan pada contoh ketiga dan keempat menunjukkan pada dhamir isim yang berkaitan dengan pengamalan; atau dengan kata lain, amil yang musytaghal (disibukkan) oleh penyebab isim.
اِضْرِبْ زَيْدًا اِضْرِبْهُ = Pukullah Zaid, pukullah dia olehmu!
اَنَا ضَارِبٌ زَ َيْدًا اَنَا ضَارِبُهُ اْلأَنَ أوْ غَدًا =
Aku yang
أَهَنْتُ زَيْدًا ضَرَبْتُ غُلَامَهُ = Aku telah menghina Zaid, telah kupukul pelayannya.
الزَّمْنَا كُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنَاهُ طَائِرُهُ فِي عُنُقِهِ
Kami telah menetapkan tiap-tiap manusia, telah kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya.Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat! Insyaa Allah pada artikel selanjutkan akan saya tuliskan penjelasan tentang Munada. Salam!
loading...
0 Response to "Penjelasan Tentang Maf'ul Bih"
Post a Comment